Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh …..
Alqur'an
didalam mengungkapkan suatu masalah yang konkrit, misalnya hukum rajam, hukum
jinayat, hukum waris, hukum syariat mu'amalat, dijelaskan Dengan kalimat yang
bukan majaz ... yaitu muhkamat artinya sudah jelas, tidak perlu ditafsirkan
lagi.seperti shalatlah kamu, dan bayarlah zakat , dst...
Akan
tetapi kalau sudah mencakup persoalan ghaib ... tentang Allah, syurga, dan
neraka, ... serta perasaan, maka Alqur'an menggunakan kalimat perumpamaan ...
metafora ... yang biasa disebut mutasyabihaat..
Ada
kelemahan bahasa manusia jika mengungkapkan rasa, sehingga Rasulullah ketika
menjelaskan masalah syurga-pun tidak menjelaskan keadaan sebenarnya ... beliau
hanya memberikan gambaran bahwa syurga itu indah dan nikmat, dibawahnya ada air
susu dan madu mengalir, ada buah-buahan ,korma, anggur dan arak....setelah itu
beliau memberikan penjelasan ... keadaan syurga itu tidak pernah terdengar oleh
telinga ... tidak bisa terbayangkan oleh Pikiran ... dan tidak pernah terlintas
dihati. Artinya bukan seperti apa yang digambarkan oleh Rasulullah ... (lihat
gambaran syurga dalam surat
Yaasin ayat:55-57)
Bagaimana Rasulullah akan menjelaskan sesuatu,
atau keadaan yang didunia Ini tidak ada. Bagaimana beliau akan memperbandingkan
sesuatu yang tidak ada didunia. Apa jadinya kalau syurga itu seperti apa yang
telah kita bayangkan tadi ... mirip dengan apa yang kita rasakan ... Hal ini
juga terjadi kepada kita, ketika dihadapkan persoalan ungkapan rasa misalnya,
hatiku telah bersemi lagi ... mendidih rasa hatiku tatkala melihat orang kafir
itu membantai kaum muslim Bosnia ... perampok itu tergolong pembunuh berdarah
dingin .... dan banyak lagi ungkapan rasa yang tidak tertampung dan terwakili
oleh kosa kata bahasa verbal ....
Namun demikian, kita sudah memahami maksudnya
tanpa harus menafsirkan kalimat tersebut, sebab kalau kita mencoba menafsirkan
ungkapan itu maka akan terjadi kesalah fahaman yang pasti akan menyimpang,
sehingga wajarlah Rasulullah tidak pernah menafsirkan atau memberikan
keterangan hal tersebut berupa 'foot note' dalam Alqur'an, sebab para sahabat
sudah mengerti Maksudnya tanpa harus bertanya apa maksudnya. Misalnya ada orang
berkata " saya mau pergi ke rumah sakit" pasti anda tidak akan
mengernyitkan mata karena bingung..khan ? Jangan ditafsirkan dengan mengatakan
"rumah kok sakit"
Begitu pula tentang keberadaan Allah bahkan wujud
Allah ... Allah Mempergunakan kalimat mutasyabihat dalam menerangkan keadaan
diri-Nya, seperti dalam firman-Nya :
"
... Allah adalah cahaya langit dan bumi" (QS. An Nur: 35)
"
... hai iblis apakah yang menghalangi kamu bersujud kepada yang telah Ku
Ciptakan dengan kedua tangan-Ku ..." (QS. As Shaad:75)
"maka
Allah menjadikannya tujuh langit dalam dua hari..." (QS. Al
Fushilat 12)
" ... Allah meliputi segala sesuatu"
(QS. Al Fushilat 54)
"Dan Dia lah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari dan singgasana-Nya sebelum itu berada diatas air"
(QS. Al Hud:7)
Didalam buku Berguru Kepada Allah pada 'Bab
Membuka Hijab', telah saya tulis & jelaskan tentang pertanyaan dimana, dan
seperti apa Allah swt ?
Firman Allah:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku ini dekat ..." (QS. Al
Baqarah :186)
".. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada
urat lehernya" (QS. Qaaf:16)
" ... ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha
meliputi segala sesuatu" (QS. Al Fushilat 54)
" ... kemanapun kamu menghadap disitulah
wajah Allah .. "(QS. Al Baqarah:115)
Sangat jelas bagi kita, bahwa ungkapan-ungkapan
mutasyabihat diatas, dimengerti bukan untuk ditafsirkan, melainkan sebagai
batasan fikiran melalui konsepsi manusia. Bukan hal yang sebenarnya, sebab
Allah tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu (QS. As syura: 11), bahwa Allah
tidak bisa dilihat dengan mata manusia dan tidak bisa dijangkau oleh fikiran
manusia akan tetapi Allah Maha Melihat segala yang kelihatan (QS. Al An'am :
102-103)
Seperti yang pernah saya katakan, bahwa Allah
mentasybihkan dan meminjam kata-kata yang dimiliki manusia untuk memudahkan
berdialog dan memberikan pengertian dalam bentuk bahasa manusia dan ilmu, sebab
kalau kita menterjemahkan dengan kata sebenarnya maka akan ada
benturan-benturan yang saling bertentangan ...
Mari kita perhatikan firman Allah dibawah ini:
"Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam hari dan singgasananya sebelum itu berada diatas air" (QS.
Hud :7)
"Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi
dan apa yang berada diantara mereka dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam
diatas singgasana-Nya"(QS. Sajdah :4)
Bukankah syirik, untuk memberikan tafsiran yang
menggambarkan bahwa Allah memerlukan singgasana dan bahwa singgasana itu
seakan-akan terapung diatas air dan juga seakan-akan Allah sesudah membuat
langit dan bumi berserta isinya naik kembali ke tahta-Nya ?
Alangkah anehnya, jika dikatakan Allah dalam
menciptakan langit dan bumi beserta isinya memerlukan waktu enam hari/masa ? Padahal
bumi dan matahari belum tercipta! Apa yang menjadi patokan waktu, ... padahal
ruang pun tidak ada. Namun demikian, saya akan sedikit berikan gambaran masalah
penciptaan alam dan persoalan waktu ...
Bilamana maha ledakan (big bang) itu terjadi ?
Dari pengetahuan kita mengenai kecepatan berkembangnya alam semesta,
diperkirakan peristiwa itu terjadi antara sepuluh sampai lima belas miliar atau
ribu juta tahun yang lalu. Kemudian, dari keliling kosmos dan umurnya, dapat
dihitung kembali suhu alam semesta sesaat sesudah ledakan itu terjadi. Diperkirakan
pada saat itu suhu kodmos melebihi seratus juta juta juta juta derajat, karena
kerapatan materi yang sangat tinggi pula. Orang tidak pula dapat menamakan
keadaan alam semesta pada waktu itu. Kerapatan tinggi pada suhu rendah
membentuk benda padat, kerapatan rendah pada suhu tinggi membentuk gas, tetapi
kerapatan materi yang sangat tinggi yang dibarengi dengan suhu yang sangat
tinggi, ilmuwan pun tidak tahu keadaannya kecuali menamakannya sebagai
"sop kosmos" suatu fluida.
Inilah
yang disebut dalam ayat 7 surat
Hud dengan "air". Kata-kata " singgasana-Nya berada diatas air
(sebelum bumi dan langit diciptakan), oleh karena mengandung makna bahwa
pemerintahan atau peraturan Allah ditegakkan atas fluida kosmos itu. Pada saat
itu materi beserta ruang kosmos sudah diatur oleh Allah. dan mereka mengikuti
serta tunduk pada peraturan-peraturan itu, jadi pada saat diciptakan alam
semesta, Allah telah menetapkan berlakunya hukum-hukum alam sebagai sunnatullah
Dengan erlakunya hukum-hukum alam ini maka semua makhluk, baik ruang kosmos,
atom molekul, partikel dan seluruh materi yang tersusun sebagai benda mati atau
hidup, matahari, bumi, bintang dan sebagainya, berjalan sepanjang waktu sesuai
dengan ketetapan hukum-hukum tersebut, ... tidak satupun yang menyimpang
kecuali izin Allah.
Kitapun
dapat mengerti apa makna yang terkandung dalam surat Sajadah ayat 4, dimana
dinyatakan bahwa setelah melewati fase 'sop kosmos', Allah menciptakan langit
dan bumi beserta segenap isinya, dalam enam hari dan menegakkan kekuasaan atau
pemerintahan-Nya sekaligus sejak awal penciptaan.
Kita
semua mengetahui apa yang disebut ruang secara intuitif, yaitu suatu volume
berdimensi tiga yang dapat ditempati oleh suatu benda. Tiap benda didalam ruang
itu mempunyai tempat yang dalam ilmu pengetahuan alam, ditunjukkan oleh apa
yang disebut koodinat ruang. Kita juga mengetahui apa yang dimaksud dengan
kata-kata waktu, ... ia memberikan urutan ketika berlangsung gejala gejala di
dunia ini ... "kemarin" mendahului "sekarang", dan
"sekarang" lebih awal dari "besok". Didalam sains, kita
mengatakan bahwa gejala-gejala itu membuat koordinat waktu. jadi semua gejala
alamiah memiliki koordinat ruang dan waktu, karena mereka terjadi pada
tempat-tempat dan pada urutan waktu masing-masing. Orang mengatakan bahwa
gejala-gejala alam itu berjalan melalui kontinuum ruang dan waktu, sebab orang
beranggapan bahwa suatu gejala diikuti oleh gejala-gejala lanjutannya dalam
suatu rangkaian yang tak terputus, berlanjut atau kontinu. Kecuali itu
pengertian kontinuum ruang-waktu mengandung makna, bahwa ruang dan waktu
merupakan satu kebulatan yang tak terpisah satu sama lain.
Kalau
dulu waktu yang lamanya satu detik 'disini' dianggap sama panjang dengan
'disana' dalam semesta ini, sekarang terbukti tidak demikian halnya. Apabila
seorang astronot membawa pencatat waktu kesebuah planet diangkasa, bintang yang
sangat dekat misalnya, ... atau membawanya dalam pesawat ruang angkasa yang
super cepat, misalnya dengan tingkat laju yang mendekati kecepatan cahaya, maka
pencatat waktu yang identik yang berada dibumi akan dapat menunjukkan dengan
mudah satu detik pada astronot itu lebih lama jangka waktunya dibanding satu
detik dibumi. Kenyataaan yang baru ditemukan dan dipahami para ilmuwan dalam
abad ke 20, sebenarnya telah disebut dalam Alqu'an pada ayat 5 surat As Sajdah :
"Dia
mengatur perintah dari langit sampai ke bumi, kemudian para malaikat naik
menghadap pada-Nya dalam satu hari yang ukuran lamanya sama dengan seribu tahun
menurut perhitunganmu"
Mudah-mudahan
kita diberi kefahaman atas ilmu-ilmu_Nya yang tersembunyi maknanya
Untuk
lebih jelasnya coba anda ulangi membaca buku Berguru Kepada Allah pada Bab
Membuka Hijab, disitu dijelaskan "dimana Allah dan apa itu zat"
Wassalam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar